“Chie…” desahku, mengusap ubun-ubun kepalanya. Bokep Indonesia “Bisnis,” Chie mendesah. Akhirnya kami bersepakat untuk mengabaikan Chie yang kemudian mengamuk dan memutuskan untuk mengikrarkan tali persahabatan antara kami bertiga. Di saat aku pun berjuang melawan desisan hawa nafsu yang bergejolak dalam diriku.“Ray…”
“Ada, pasti ada suatu saat nanti,” desahku. Kalau kamu?” Chie menghela nafasnya. Gadis yang satu ini sangat unik. Sibuk mendoktrin gadis-gadis tentang kenikmatan free-sex. Namun kata-kata “bule” itu menambah emosi yang memang sudah terpancing sebelumnya. Chie menerima Jay menjadi kekasihnya, dan itu membuatnya menipu perasaannya sendiri. Kalau kamu?” Chie menghela nafasnya. “Ray, kamu tahu?”
“Apa?”
“Masalah Jay. Wajahnya melukiskan kebahagiaan dan ketenangan. Aku tertawa kecil. Siapa suruh diam,” kataku setelah mendudukkan diriku di sampingnya, dan menyimpan bungkus rokok itu di tempat yang aman.“Ah, Ray,” Chie mendesah. Tapi bukan Chie. “Chie…” desahku, mengusap ubun-ubun kepalanya. “Cukup segitu?” tanya Jayu lagi. Kutunggu saat-saat kepalannya menghajarku. “Ray…”
Ah! Jay memandang mataku, dan melengos ke arah lain. Dan aku tak bisa menolak ketika Chie mulai menciumi leherku dan membuka retsleting celanaku, menelanjangiku, membiarkanku mendesah saat jemarinya menyentuh batang kemaluanku.
