Aku yakin, yang memencet bel itu adalah Dodi, anakku. Kini salah satu ujung jarinya sudah mengelus-elus klitorisku dan aku semakin merasakan nikmatnya. Bokep Di sanalah aku diciumi oleh Dodi. Dia terus mengelus-elus kepalaku dan terus memuji kecantikanku.Tangannya mengelus tetekku dan sesekali mengecup pentil tetekku.“Dodi, jangan ah. Saat itu, perlahan Dodi menarik penisnya berkisar sepertiga (mungkin), kemudian dia tusuk kembali. Dia tinggal di rumahku, dengan membawa anaknya yang berusia 6 tahun. Dodi tidur di sisiku malam itu, Kami berpelukan dan saling membelai. Semuanya sudah terpenuhi, Ma.” katanya sembari terus memompa tubuhku.“Tidak, Dodi… aku mamamu, sayang…” kataku terbata-bata dan tanpa sadar aku sudah memeluknya juga.“Aku tak mau menikah lagi, Ma. Cepatlah!” kataku tak sadar. Haidku kental dan hitam. Tiga hari lagi, kita sudah bisa mulai,” kataku menyabarkannya.Malamnya, di rumah, setelah cucuku tidur, dia dimasukkan ke dalam boxnya di kamarku. Layaknya dua pasang pengantin remaja yang sedang berbulan madu.Dodi memelukku sembari meraba-raba buah dadaku. Aku membayangkan lidahnya menari bagaikan penari jaiponngan yang geraknya lincah dan gemulai.“Oh… oh…” kataku tak beraturan.“Aku akan memberikan yang terindah untuk mama,” katanya.Kami berpelukan.
