Tinggal
menunggu lampu hijau menyala. Bokepindonesia Dan benar deh, Susan sudah berada dalam pelukan saya, dan
bibirnya sudah dalam lumatan bibir saya. Saat saya rebahkan tubuhnya di
sofa dan mulut saya siap melumat puting susunya, Susan menolak saya
sambil mengatakan, “Ben, jangan di sini…, di kamar saya aja!”,
ajaknya dan kemudian bangun, mengambil baju kaos dan BH-nya di lantai
dan berjalan menuju kamar tidurnya. Ditambah menurut pengakuannya, bahwa dia tadi
meminum ramuan pengharum vagina. Sesampainya di
rumah Susan di bilangan Cempaka Putih, dia mengajak saya masuk karena
katanya rumahnya kosong sampai besok siang. Vaginanya mulai
berdenyut hebat, hidungnya mulai kembang kempis,dan akhirnya…
“Ben…,
ohh…, Ben…, udahh…, entot saya Ben!”, Susan mulai memohon kepada
saya untuk segera menyetubuhinya. Keringat membasahi tubuh saya dan tubuhnya. Saya sudah
tidak sadar berada di mana. Memeluk…,
dan akhirnya saya mencari kancing pengait BH-nya untuk saya lepas. Begitu
pintu ditutup dan dikunci, saya langsung memeluk Susan yang sudah
telnjang dada dan kembali melumat bibir mungilnya lalu meraba-raba
tubuhnya sambil bersandar di tembok kamarnya. Perlahan tangan
saya meraba kedua pahanya lagi dan rabaan mulai naik menuju pangkal
pahanya. Saya bangun dari daerah
selangkangannya dan mulai mengatur posisi di atas tubuhnya dan
menindihnya sambil memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lorong
vaginanya perlahan. Pikiran erotis
saya mulai bergelora lagi, menghayalkan seandainya saya bisa
meraba-raba kemulusan pahanya.
