Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Bokepindonesia Mulutku turun ingin mencicipi payudaranya.“Egkhh..”, rintih Eksanti ketika mulutku melumat puting susunya. Tetapi jariku sudah terlanjur tenggelam ke dalam liang senggamanya. Kami berpelukan. Aku akhirnya meyakinkan Eksanti bahwa sebenarnya aku cuma ingin berdua saja dengannya, sambil memeluk tubuhnya, itu saja.Akhirnya Eksanti mengalah. Ia kelihatan ragu-ragu. Eksanti menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Aku sambil tersenyum menatapnya seraya bertanya, “Kamu nggak ke kantor hari ini?”
“Lagi kurang enak badan nih, Mas, tadi Santi bangunnya kesiangan, jadi males banget ke kantor”, jawabnya singkat, sambil menggigit bibir bawahnya. Bibirnya tidak dipoles dengan lipstik merah seperti biasanya. Aku benar-benar hampir tidak bisa menguasai birahiku saat itu. Aku memandang nakal ke arah payudaranya sambil tersenyum. Aku memastikan kalau yang di dalam kamar itu adalah Eksanti, bukannya orang lain. Aku berjanji akan memperlakukannya dengan hati-hati sekali, begitu yang ada dalam fikiranku.Kini aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun batang kejantananku yang perlahan mulai menyusup melesak ke dalam liang kewanitaan Eksanti. Jangan-jangan ada orang lain yang melihat perbuatan kami.