Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu dan kepalaku. Aku sedikit membungkuk agar dapat mengecup pergelangan kakinya. Bokep jepang Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.“Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku sudah tak dapat berpikir waras. Kami saling menatap. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.“Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. “Hm..!”
“Haus?”
“Hm!”
“Jawab, Jhony!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia mengatakan lebih suka bila di panggil “Mbak”.Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali bila sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.Dan tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah dan nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan.
