Wajahku mulai panas. Bokep Inilah kesempatan itu. Come on lets go! Lalu asyik membuka tabloid. Aku tidak berani menatap wajahnya. Junior berdenyut-denyut. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut. Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Sial. Membuatku tidak berani. Apakah perlu menhitung kancing. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Masih ada waktu bebas dua jam. “Halo..?” katanya sedikit terengah. Ah segar. Ia menyenggol kepala juniorku. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. “Si Nina, yang tadi. Aku masih mematung. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Lihat saja ia sudah separuh berlutut mengarah pada Junior. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Aku mengikutinya. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.“Telentang..!” katanya.Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya.
