Ia asyik sekali mengecupi sekujur tubuh wanita itu, Dido merasakan sesuatu yang sangat ia dambakan selama ini. Kulitnya yang putih mulus dan bersih itu tampak tak kalah mempesonakan. Bokep Doni?.., oh bukan juga, ah di mana sih aku taruh kartu namanya..”, ia sibuk mencari, sampai-sampai semua isi tak kerja itu dikeluarkannya namun belum juga ia temukan. “Oh, Bu”, desahnya sambil kemudian merangkul tubuh bongsor dokter Supriyati. Dokter Supriyati kemudian memegang pundaknya dan melucuti pakaian pemuda itu. Ia menangis sejadi-jadinya, bayang-bayang suaminya yang berkencan dengan wanita muda dan cantik itu terus menghantui pikirannya. Mereka benar-benar mengumbar nafsu birahi itu dengan bebas. “Oh, maaf, saya tidak melihat anda, maaf ya?”, seru wanita itu pada orang yang ditabraknya, namun orang itu seperti tak mengacuhkan. Kamu sudah tahu kan gimana rasanya dikhianati? Kamu betul-betul jago”, katanya pada Dido sambil memandang wajah pemuda itu tepat di depan matanya, dipeluknya erat pinggang Dido untuk menahan goyangan penis di selangkangannya. Sementara suasana vacum itu berlangsung begitu lama. Tak seorangpun mendengar teriakan itu karena rumah besar itu dilengkapi peredam suara pada dindingnya, sehingga empat orang pembantu di rumah itu sama sekali tidak mengetahui kalau sang nyonya mereka sedang marah dan kesal.
