Setiap baris rencana yg kucatat kubayangkan pula langkah-langkah kerja yg akan kulakukan. “Eh Mbak, jangan besar kepala dulu, iya kalau kembang mawar atau melati, kalau kembang kamboja yg seperti di makam-makam, bagaimana? Bokepindonesia “Enak saja, aku yg rugi Mbak, perusahaan tdk mengasuransikanku dari cubitan”, kataku serius. Terima kasih banyak ya mau menemanin aku.”, kata Indah dan mencium pipiku. “Daripada nggak ada yg kupikir”, jawabku. Tangan kiriku yg bebas meremas kedua payudaranya bergantian. Tapi kali ini aku ingin bereksperimen. “Eh Mbak, jangan besar kepala dulu, iya kalau kembang mawar atau melati, kalau kembang kamboja yg seperti di makam-makam, bagaimana? Beberapa saat kemudian tubuh Indah bergetar seiring dengan klimkaksnya. Zainal, mmh..”. Raguku benar-benar hilang dan tangannya semakin bebas bergerak. “Melamun apa Zainal”, tanya Indah. Mungkin karena malu Indah segera melepaskan cubitannya. “Aku duarius Mbak, bukan serius lagi”, kataku ngotot yg hanya dibalas dengan senyumannya. “Ya ampun Zainal, kamu baru bangun!”, teriak Indah. Kubaca satu persatu berkas tersebut dan memilah-milahnya menjadi beberapa bagian. Seusai mandi dan mengenakan pakaian aku keluar dari kamar mandi. Kupindahkan semua barang diatas meja keatas laci, lalu kubersihkan meja itu. Beberapa saat kemudian tubuh Indah bergetar seiring dengan klimkaksnya.
