Ayo..!Aku masih diam saja. Bokepindonesia Masih melongo.“Itu jendelanya dirapetin dikit..,” katanya lagi. “Masih sepi ini..!” kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Yes.., akhirnya. “Masih sepi ini..!” kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Dingin. “Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Wien.Aku mengambil pakaianku. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Lalu dikocok-kocok sebentar. Makin lama makin jelas. Yes. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Yes. Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di angkot karena kepanasan. Apakah perlu menhitung kancing. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Hangatnya, biar begitu, tetap terasa. Keras sekali.“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”Ia berdiri. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti. Hap.“Mau pijit lagi..?” ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang
Sepong Sampai Puas
Actors:
Gadis Desa / Pria Desa