“Sejak kamu kesini pacaran dengan Ani dulu, saya sudah berpikir:
“Ganteng banget ini anak!””, katanya setengah berbisik. Bokepindonesia Wanita
pengusaha ini makin mendekatkan tubuhnya ke arahku. Apakah saya
lanjutkan atau diam saja? Kadang seperti orang berenang, atau
menari yang berpusat pada gerakan pinggulnya yang
aduhai. Di tengah peristiwa itu bu Ida berbisik
“Kamu jangan terlalu keburu nafsu, nanti kamu cepat
capek, santai saja, pelan-pelan, ikuti iramanya”, ketika
saya mulai menggenjot dengan semangatnya. “Sudah ditekan… pelan-pelan saja”, katanya. Bagian-bagian warna pink itu aku belaibelai
dengan jemariku. Baru sekitar setengah jam saya terbangun lagi. Bahkan seperti seorang istri melayani
suaminya kalau minumanku habis dia tidak segan-segan yang
menuang kembali, aku malah menjadi kikuk. Kami makin merangsek bercumbu, birahiku makin
menanjak naik, dadaku semakin bergetar, demikian juga
dada bu Ida. Wonderful! Pertama dijilati kepalanya, lalu dimasukkan ke rongga
mulutnya. Merencanakan kalkulasi biaya proyek yang ditangani
perusahaannya, dsb. Pada suatu hari saya lembur, karena ada pekerjaan
proyek dan paginya harus didaftarkan untuk diikutkan
tender. Sesekali ia menggerak-gerakkan
pinggulnya pelan, pelan sekali, merasakan sisa-sisa
puncak kenikmatannya. Dan rupanya dia senang. Pelan-pelan tanganku menyusup di balik
gaunnya, meraba pahanya dia mengeliat pelan, saya tidak
tahu apakah dia tidur atau pura-pura tidur. “Makasih. “Sabar-sabar”, katanya. “Saya heran barang ini semalaman kok tegak terus, kayak
tugu Monas, besar lagi.