Kenapa?”
“Lebih feminim.”
“Emang gue maskulin ya?”
“Bukan begitu. Bokepindonesia Kan kerja sambil kumpulin data.”
Nah, mulailah dia bercerita lagi tentang job trainingnya, penuh semangat. Lagian kalaupun turun, tak ada masalah bagi Mas.”
Dia diam lagi. Nampaknya tidak. Kesadaranku berangsur pulih. “Sebentar Yang,” kataku sambil membuka pahanya kembali. Selesai mandi dengan hanya berbalut handuk aku keluar. Kami juga berjanji, saling berusaha mencari peluang untuk bertemu secara fisik.———-“Elo tahu engga kantor Departemen Anu,” tulisnya pada suatu siang kami chatting. “Emang kalo ke kantor gue mesti pakaian begini?” sambungnya. Membayangkan itu semua Aku jadi horny lagi.“Yang..” sapaku sambil mencium pipinya. “Tapi..” Alia bangkit duduk. Aku terus menciumi leher dan meremasi dadanya. “Tadi aku puas juga kok Mas,” katanya sambil mencium pipiku. Sejurus kemudian. “Gue ada rencana kuliah lapangan ke situ.”
Nah! Alia menggeleng lembut sambil menyodorkan mulutnya lagi. Tak ada sehelai benangpun menempel di tubuhnya. Jam 3 sore Alia meneleponku. Oh, aku mencintainya. Ronde kedua ini aku lebih “ganas”. Mungkin belum saatnya, aku harus bersabar.Ciuman dengan posisi begini tak nyaman juga.