Setelah selesai dari balai desa, kami segera meluncur ke kantor kecamatan untuk meminta legalisasi. Aku segera telpon istriku dan memberitahu kalau kami masih kehujanan dan menunggu hujan reda di Puskesmas. Bokepindonesia ”Yo gak apa-apa mas… mas Ardi mau makan di mana?”
“Ya makan di deket-deket puskesmas saja yu …jadi nanti kalau dokternya datang kita bisa segera kemari lagi”
“Iya ya mas…ayo di depan sana ada warung agak lumayan mas” yu Darmi yang menjadi petunjuk jalanku. Perlahan tetapi bibirnya mulai terbuka dan aku merasakan ada respon dari dirinya saat lidahku mulai mencoba menerobos ke dalam mulutnya. Kurengkuh tubuh yu Darmi hingga sejajar dengan posisiku dan kukulum bibirnya dengan mesra. memangnya kenapa kalau berteduh di depan penginapan?” aku menjawab asal-asalan sambil terus menggodanya. Kami memang belum sempat makan siang, padahal waktu itu sudah hampir pukul 14.00. Ia masuk ke kamar mandi dan tak lama kemudian kudengar ia mulai mengguyur dengan air. Kang Sarjo memelihara sapi yang susunya dapat diperah setiap hari dan dijual istrinya ke pasar, yu Darmi itu.Pertemananku dengan yu Darmi dan kang Sarjo sudah begitu erat bahkan hampir seperti layaknya saudara.
