Warnet Warna Rambutku, Tetangga Malah Salah Lubang

Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Bokep barat Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Pasti terburu-buru. Tidak terlalu ayu. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Lalu dikocok-kocok sebentar. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Sekarang sudah lebih lancar. Sudahlah. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ke bawah lagi: Tidak. Wajahku mulai panas. Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.Aku tersentak. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa tekanan.Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Bau tubuhnya tercium. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Ketika Si Junior melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Napasnya tersengal. Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek.

Warnet Warna Rambutku, Tetangga Malah Salah Lubang

Related videos