Tak bisa, terlalu malam kena marah mamanya, katanya. Mendingan minum susu Sari aja..”. Bokepindonesia Rambut kelaminnya yang tak begitu lebat itu kuusap-usap. Lurus aja”. Sari diam saja. “Sebentar lagi.., Sar..”.Kembali ia melahap. “Dicepetin.., Sar..”. Memang pada waktu yang bersamaan aku menyalip motor dan si pembonceng sempat melihat kelakuan tanganku.Kami sampai di Lembang. Peristiwa semalam tak mengubah prilakunya. Kadang bibirnya berperan sebagai “bibir” bawahnya, menjepit sambil naik-turun. Kuminta Sari melepas kulumannya, banyak orang lalu-lalang. Sekarang udah kemaleman. “Si joni udah engga tahan ya..”, goda Sari. Tangannya memijit-mijit penisku (dari luar). Toh tidak akan kelihatan. “Bu Maya cuma mau nebeng sampai halte”, kata Sari seolah mengetahui kekhawatiranku. CD-nya sempat terlihat ketika ia jongkok mengambil dagangan yang terletak di bagian bawah rak kaca etalase. “Mau ngapain?”. Rambut kelaminnya yang tak begitu lebat itu kuusap-usap. Aku masuk ke Plaza, cari tempat parkir yang aman, di belakang bangunan. Sari diam saja. Tawaran yang naif, sebab jawabannya begitu jelas. Lepas dari kemacetan kembali Sari memainkan lidahnya di leher penisku. Kalau sudah ada cewek duduk di sampingku, seperti biasa mobilku langsung cari hotel, wisma, guest-house, atau apapun namanya yang bertebaran di daerah Setia Budi.
