“Makasih pa, Ma..” teriaknya sambil mencium pipi Papa dan Mamanya. “Baiklah, asal nanti pulangnya Adietya yang nganterin!” tegas papanya. Bokepindonesia “Ananda masih pingin ngobrol dengan Adiet nih bolehkan?” rajuknya manja. Dan kebetulan aku bersama teman-temanku bermain musik akustik di cafe itu setiap 3 kali seminggu. “Banyak cerita di kampus yang mengatakan, kalau kamu orangnya cukup lembut setiap menghadapi cewek” tambahnya lagi. “Diet, kalaupun banyak cowok yang mengejar-ngejar aku, aku punya hak juga khan buat menolak?” tanyanya lagi. Ananda hanya tersenyum manis mendengar bisikanku, sambil meremas mesra tanganku. Aku hanya tersenyum mendengar Dina mengatakan itu. Sesampainya di meja Ananda, dan ngobrol sesaat, kedua orang tuanya berpamitan ingin pulang karena sudah mulai di hinggapi rasa kantuk. “Sudah dong Diet.. Setelah kepergian Papa dan Mamanya, kembali kita melanjuntukan obrolan yang tertunda sesaat. “Kamu juga tumben Diet makan sendirian, biasanya khan sama grup band kamu?” kata Dina lagi. Yang di perkenalkan cuman tersenyum manis aja. “Kamu juga tumben Diet makan sendirian, biasanya khan sama grup band kamu?” kata Dina lagi. Aku bertemu kembali dengannya tapi bukan di kampus seperti saat itu.
