agar mancing aku untuk bersetubuh, memuaskan kamu, dan jerawatmu?” tanyaku kesal, tapi ngecret juga sih. Apes benar yah. Bokep Kebetulan hawanya panas sekali saat itu. “Kamu kok aneh sih, Ma?” tanyaku. Yah terpaksa mengalah lagi. Nggak apa-apa deh yang penting sudah masuk sasaran tembak. “Kata siapa?” katanya. “Sapa suruh luh kawin,” katanya sambil menaikkan dagunya yang lancip, sambil merubah posisi tidur dengan wajah membelakangiku. “Mbak Maryanah,” jawabnya. Kalau nggak mau yah jangan teriak-teriak gitu dong. Kutekan lebih dalam dan masuk semua, baru tarik-tekan, empat kali, aku sudah keluar.“Ma, maaf yah, soalnya sudah lama nggak main jadi keluarnya cepet,” kataku. Pagi hari menjelang siang aku “meminta” tetapi dia menolak karena capek. “Pasti ngelamunin ya?” tanyanya, sambil mencubit pantatku. Aku berikan alasan bahwa biaya terbesar untuk mempunyai anak adalah pendidikan dan kedua kesehatan, sehingga dengan kondisi yang belum stabil, aku belum berani ambil resiko – kita selalu bermusyawarah dengan memberikan alasan yang masuk akal, sehingga tidak ada larangan tanpa alasan – alias otoriter.Suatu siang, aku “pingin” banget, kita berdua tinggal di rumah kontrakan di pinggiran Selatan kota Jakarta, yang hanya mempunyai tiga ruang dengan masing-masing ukuran tiga kali tiga, ruang pertama ruang tamu, ruang tengah, ruang tidur yang mempunyai pintu, sedangkan ruang
