Setelah membuka pintu kamar aku mempersilakan Laras masuk. Aku mulai merangkul Laras. Bokepindonesia Bibir kamipun beradu. Namun paginya dikantor, Laras sempat curiga dengan kesehatanku dan bertanya,
“Mas kenapa, sedang sakit ya?”“Iya, Ras. Akupun dilucutinya. Sekarang aku tak berbaju lagi. Apalagi dengan lukisan itu. Biar selalu baru, jadi Mas nggak sakit-sakitan”“Biarin, sakit kan karena penyakit. Laras tahu itu. Adalah Pak Damar, orang yang paling berperan di perusahaan itu, karena beliaulah yang menjadi pemegang modal dari segala sesuatunya.Beliau seorang Sarjana Ekonomi. Di kamar itu terdapat lukisan panorama yang sangan besar dan indah. Sekejap Laras sudah berbalik posisi. Laras yang duduk dihadapanku terus naik turun hingga payudaranya terayun-ayun. Aku menelan ludah. Mukanya memerah. Sementara itu tanganku terus mengelus tubuh Laras. Setelah berkonsentrasi dengan penisku, kini Laras mulai memompa dengan posisi naik turun. WIN. Rasanya tidak karuan. Apalagi dengan lukisan itu. Juga seksi. Aku merogohnya dan menempatkannya dengan benar. WIN. Akupun tertarik dengan payudara itu. Putih, mulus. Aku selalu sempatkan waktu sekitar 2 sampai 5 menit kepada masing masing individu untuk berbicara mengenai keluhan-keluhan mereka, kendala-kendala di lapangan, dan rencana-rencana mereka ke depan, sehingga mereka merasa benar-benar menjadi bagian yang penting dalam tim. Dengan posisi doggystyle aku memompa pantat Laras berkali-kali hingga aku merasakan ada
